1.
Perawatan
Preventif
Dalam
istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua pekerjaan yaitu istilah
“perawatan” dan “perbaikan”. Perawatan dimaksudkan sebagai aktifitas
untuk mencegah kerusakan, sedangkan istilah perbaikan dimaksudkan
sebagai tindakan untuk memperbaiki kerusakan.
Secara
umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan perawatan, dapat dibagi menjadi
dua cara:
1.
Perawatan yang direncanakan (Planned Maintenance).
2.
Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned Maintenance).
Secara
skematik pembagian perawatan bisa dilihat pada gambar berikut:
Bentuk-bentuk
Perawatan
1. Perawatan Preventif (Preventive
Maintenance)
Adalah pekerjaan perawatan yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau cara perawatan yang
direncanakan untuk pencegahan (preventif).
Ruang lingkup pekerjaan preventif
termasuk: inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga
peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan.
2. Perawatan Korektif
Adalah pekerjaan perawatan yang
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan
sehingga mencapai standar yang dapat diterima.
Dalam perbaikan dapat dilakukan
peningkatan-peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau
modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.
3. Perawatan Berjalan
Dimana pekerjaan perawatan
dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan bekerja. Perawatan
berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang harus beroperasi terus dalam
melayani proses produksi.
4. Perawatan Prediktif
Perawatan prediktif ini dilakukan
untuk mengetahui terjadinya perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun
fungsi dari sistem peralatan. Biasanya perawatan prediktif dilakukan dengan
bantuan panca indra atau alat-alat monitor yang canggih.
5. Perawatan setelah terjadi kerusakan
(Breakdown Maintenance)
Pekerjaan perawatan dilakukan
setelah terjadi kerusakan pada peralatan, dan untuk memperbaikinya harus
disiapkan suku cadang, material, alat-alat dan tenaga kerjanya.
6. Perawatan Darurat (Emergency
Maintenance)
Adalah pekerjaan perbaikan yang
harus segera dilakukan karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak
terduga.
Disamping jenis-jenis perawatan
yang telah disebutkan diatas, terdapat juga beberapa jenis pekerjaan lain yang
bisa dianggap merupakan jenis pekerjaan perawatan seperti:
1.
Perawatan dengan cara penggantian (Replacement instead of maintenance)
Perawatan dilakukan dengan cara
mengganti peralatan tanpa dilakukan perawatan, karena harga peralatan pengganti
lebih murah bila dibandingkan dengan biaya perawatannya. Atau alasan lainnya
adalah apabila perkembangan teknologi sangat cepat, peralatan tidak dirancang
untuk waktu yang lama, atau banyak komponen rusak tidak memungkinkan lagi
diperbaiki.
2. Penggantian yang direncanakan
(Planned Replacement)
Dengan
telah ditentukan waktu mengganti peralatan dengan peralatan yang baru, berarti
industri tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan perawatan, kecuali untuk
melakukan perawatan dasar yang ringan seperti pelumasan dan penyetelan. Ketika
peralatan telah menurun kondisinya langsung diganti dengan yang baru. Cara
penggantian ini mempunyai keuntungan antara lain, pabrik selalu memiliki
peralatan yang baru dan siap pakai.
Istilah-istilah yang umum dalam
perawatan:
1. Availability:
Perioda waktu dimana
fasilitas/peralatan dalam keadaan siap untuk dipakai/dioperasikan.
2.
Downtime: Perioda waktu dimana fasilitas/peralatan dalam keadaan tidak
dipakai/dioperasikan.
3. Check:
Menguji dan membandingkan terhadap
standar yang ditunjuk.
4. Facility Register
Alat pencatat data
fasilitas/peralatan, istilah lain bisa juga disebut inventarisasi peralatan/fasilitas.
5. Maintenance management:
Organisasi perawatan dalam suatu
kebijakan yang sudah disetujui bersama.
6. Maintenance Schedule:
Suatu daftar menyeluruh yang berisi
kegiatan perawatan dan kejadian-kejadian yang menyertainya.
7. Maintenance planning:
Suatu perencanaan yang menetapkan
suatu pekerjaan serta metoda, peralatan, sumber daya manusia dan waktu yang
diperlukan untuk dilakukan dimasa yang akan datang.
8. Overhaul:
Pemeriksaan dan perbaikan secara
menyeluruh terhadap suatu fasilitas atau bagian dari fasilitas sehingga
mencapai standar yang dapat diterima.
9. Test:
Membandingkan keadaan suatu
alat/fasilitas terhadap standar yang dapat diterima.
10. User:
Pemakai peralatan/fasilitas.
11. Owner:
Pemilik peralatan/fasilitas.
12. Vendor:
Seseorang atau perusahaan yang
menjual peralatan/perlengkapan, pabrik-pabrik dan bangunan-bangunan.
13.
Efisiensi:
14. Trip:
Mati
sendiri secara otomatis (istilah dalam listrik).
15. Shut-in:
Sengaja dimatikan secara manual (istilah
dalam pengeboran minyak).
16.
Shut-down:
Mendadak mati sendiri / sengaja
dimatikan.
Perawatan Preventif
Perawatan
dilakukan dengan jadwal yang teratur, sehingga kadang-kadang disebut sebagai
”perawatan yang direncanakan” atau ”perawatan yang dijadwal”. Fungsi penting
dari cara perawatan jenis ini adalah menjaga kondisi operasional peralatan
serta meningkatkan kehandalannya. Tujuannya adalah menghilangkan
penyebab-penyebab kerusakan sebelum kerusakan terjadi. Perawatan yang terjadwal
selalu lebih ekonomis daripada perawatan yang tidak terjadwal.
Pekerjaan
perawatan preventif ini dilakukan dengan mengadakan inspeksi, pelumasan dan
pengecekan peralatan seteliti mungkin. Frekuensi inspeksi ditetapkan menurut
tingkat kepentingan mesin, tingkat kerusakan dan kelemahan mesin. Inspeksi
berkala ini sangat membantu pengecekan untuk menemui penyebab-penyebab yang
menimbulkan kerusakan, dan juga untuk mempermudah usaha perbaikannya melalui
tahapan-tahapannya.
Perawatan
prefentif mempunyai tujuan sebagai berikut:
- Untuk mencapai
tingkat kesiapan industri yang maksimum dengan mencegah kerusakan dan
mengurangi periode waktu perbaikan menjadi seminimum mungkin.
- Menjaga
kondisi mesin sebaik mungkin untuk mempertahankan produk yang berkualitas
tinggi.
- Memperkecil
tingkat kerusakan dan menjaga nama baik industri.
- Menjamin
keselamatan pekerja.
- menjaga
industri pada tingkat efisiensi produksi yang maksimum.
- Mencapai esmua
tujuan tersebut dengan cara yang sangat ekonomis.
Pekerjaan-pekerjaan
Dasar Pada Perawatan Preventif
Pekerjaan-pekerjaan
dasar pada perawatan preventif adalah: inspeksi, pelumasan, perencanaan dan
penjadwalan, pencatatan dan analisis, latihan bagi tenaga perawatan, serta
penyimpanan suku cadang.
a. Inspeksi.
Pekerjaan inspeksi dibagi atas
inspeksi bagian luar dan inspeksi bagian dalam. Inspeksi bagian luar dapat
ditujukan untuk mengamati dan mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada
mesin yang sedang beroperasi, misalnya: timbul suara yang tidak normal,
getaran, panas, asap dan lain-lain. Sedangkan inspeksi bagian dalam ditujukan
untuk pemeriksaan elemen-elemen mesin yang dipasang pada bagian dalam seperti:
roda gigi, ring, paking, bantalan dan lain-lain.
Frekuensi inspeksi perlu
ditentukan secara sangat hati-hati, karena terlalu kurangnya inspeksi dapat
menyebabkan mesin kerusakan yang sulit untuk diperbaiki dengan segera.
Sedangkan terlalu sering diadakan inspeksi dapat menyebabkan mesin kehilangan
waktu produktivitasnya. Dengan demikian frekuensi pelaksanaan inspeksi harus
benar-benar ditentukan berdasarkan pengalaman, dan jadwal program untuk
inspeksi perlu dipertimbangkan dengan matang.
Untuk
inspeksi mesin dapat dikategorikan menjadi dua macam:
1. Kategori mesin yang penting.
Mesin-mesin dalam kelompok ini
sangat besar pengaruhnya terhadap jalannya produksi secara keseluruhan, sedikit
saja terjadi gangguan akan memerlukan waktu yang lama untuk memperbaikinya.
Untuk itu perlu diberikan penekanan yang lebih kepada inspeksi mesin-mesin
tersebut.
- Kategori mesin biasa.
Frekuensi inspeksi untuk
kelompok ini tidak terlalu berpengaruh terhadap jalannya produksi.
b. Pelumasan.
Komponen-komponen mesin yang
bergesekan seperti roda gigi, bantalan dsb, harus diberi pelumasan secara benar
agar dapat bekerja dengan baik dan tahan lama. Dalam pemberian pelumas yang
benar perlu diperhatikan jenis pelumasnya, jumlah pelumas, bagian yang diberi
pelumas dan waktu pemberian pelumasnya ini.
c. Perencanaan dan Penjadwalan.
Suatu jadwal program perawatan
perlu disiapkan dan harus ditaati dengan baik. Program perawatan harus dibuat
secara lengkap dan teperinci menurut spesifikasi yang diperlukan, seperti
adanya jadwal harian, mingguan, bulanan, tiap tiga bulan, tiap setengah tahun,
setiap tahun dan sebagainya. Suatu contoh bagan untuk jadwal perawatan
preventif bisa dilihat pada gambar 1.
d. Pencatatan dan Analisis.
Catatan-catatan yang perlu
dibuat untuk membantu kelancaran pekerjaan perawatan ini adalah:
1.
Buku manual operasi.
2.
Manual instruksi perawatan.
3.
Kartu riwayat mesin.
4.
Daftar permintaan suku cadang.
5.
Kartu inspeksi.
6.
Catatan kegiatan harian.
7.
Catatan kerusakan, dan
lain-lain.
Catatan-catatan
ini akan banyak membantu dalam menentukan perencanaan dan keputusan-keputusan
yang akan diambil.
Analisis
yang dibuat berdasarkan catatan-catatan tersebut akan membantu dalam hal:
1.
Melakukan pencegahan kerusakan daripada
memperbaiki kerusakan yang terjadi.
2.
Mengetahui tingkat kehandalan mesin.
3.
Menentukan umur mesin.
4.
Memperkirakan kerusakan mesin dan
merencanakan untuk memperbaikinya sebelum terjadi kerusakan.
5.
Menentukan frekuensi pelaksanaan inspeksi.
6.
Menentukan untuk pembelian mesin yang lebih
baik dan cocok berdasarkan pengalaman masa lalu.
Latihan Bagi Tenaga
Perawatan.
Untuk berhasilnya program perawatan
preventif dengan baik, perlu adanya latihan yang mendasar bagi tenaga
perawatan. Baik teknisi maupun pengawas harus terlatih dalam menjalankan
pekerjaan perawatan, inspeksi dan perbaikan-perbaikan dengan cara yang
sistematis.
f. Penyimpanan Suku Cadang.
Sistem penyimpanan
suku cadang memegang peranan penting yang berpengaruh terhadap efisiensi waktu
produksi. Namun demikian berdasarkan pertimbangan dan pengalaman, untuk order
dalam jumlah besar perlu ditentukan banyaknya suku cadang yang benar-benar
dibutuhkan, karena penyimpanan suku cadang yang terlalu banyak dapat
menimbulkan biaya yang besar. Banyaknya suku cadang yang dibutuhkan, ditentukan
pula oleh faktor-faktor lain seperti sumber penyalurnya, waktu pengantaran dan
persediaan suku cadang di pasaran.
Keuntungan-keuntungan
dari Perawatan Preventif
Berikut ini adalah
beberapa keuntungan penting dari program perawatan preventif yang dilaksanakan
dengan baik.
a.
Waktu terhentinya produksi menjadi
berkurang.
b.
Berkurangnya pembayaran kerja lembur bagi
tenaga perawatan.
c.
Berkurangnya waktu untuk menunggu peralatan
yang dibutuhkan.
d.
Berkurangnya pengeluaran biaya untuk
perbaikan.
e.
Penggantian suku cadang yang direncanakan
dapat dihemat kebutuhannya, sehingga suku cadang selalu tersedia di gudang
setiap waktu.
f.
Keselamatan kerja operator lebih tinggi karena
berkurangnya kerusakan.
Prosedur
Pelaksanaan Perawatan Preventif
Pekerjaan perawatan
harus dilakukan berdasarkan pertimbangan dari berbagai faktor yang aman dan
menguntungkan. Berikut ini adalah suatu contoh prosedur yang dapat dipakai
untuk melakukan perawatan pada mesin.
Perawatan harian
dapat dilakukan oleh operatornya sendiri. Sebelum mulai bekerja pada mesin,
terlebih dahulu operator melakukan pembersihan dan pelumasan terhadap mesin
yang akan dipakainya. Untuk pelaksanaan ini, industri mengeluarkan instruksi
yang ditujukan kepada para operator untuk melakukan perawatan mesin. Instruksi
ini harus ditaati dengan sungguh-sungguh.
Sedangkan
pelaksanaan perawatan periodiknya, bisa ditangani oleh tenaga perawatan yang
sudah dilatih secara khusus untuk tugas tersebut. Periode waktu perawatan ini
perlu ditentukan berdasarkan pengalaman terdahulu untuk mempercepat
keterangannya. Dalam hal ini instruksi pengoperasian mesin harus diikuti dengan
benar oleh operator. Adanya kejadian yang tidak normal atau kelainan-kelainan
yang timbul pada mesin dengan segera dilaporkan kepada tenaga perawatan agar
gangguan dapat cepat diatasi. Tindakan perbaikan harus segera dilakukan, jangan
sampai menunda waktu.
2.
Laporan kerusakan
Bagian
perawatan perlu memperhatikan mengenai adanya laporan kerusakan, dan perlu
mengadakan penelitian untuk mengambil tindakan korektif yang dapat menjamin
agar tidak terjadi kerusakan lagi. Bila kerusakan banyak atau sering terjadi,
dapat menimbulkan kemacetan dan menganggu kegiatan produksi. Gambar 4. 6,
menunjukkan contoh laporan kerusakan yang dibuat pada lembar pekerjaan.
Pelaksanaan perbaikan harus segera dilaksanakan dengan ketentuan:
1. Kepala bagian perawatan atau pengawas
dihubungi, dan dijelaskan mengenai adanya kerusakan yang terjadi mendadak
itu.
2. Membuat lembaran pekerjaan (job sheet) rangkap empat, sementara
perbaikan segera dilakukan.
3. Pengawas menerima salinan lembar pekerjaan no. 1, 2 dan 3. 4.
Sebagai kelengkapannya, salinan pekerjaan no. 4 diserahkan kepada Kepala Bagian
Teknik dan Perawatan untuk segera dilakukan perbaikan secepat mungkin.
4. Laporan kerusakan ini ditinjau kembali oleh Departemen Teknik dan
Perawatan, dimana perhatian khusus perlu diberikan pada 'perawatan korektif'
berdasarkan pengusulan pertama. Setelah hasil pekerjaan perbaikan dicek, 'OK'
atau 'tidak memuaskan', maka tindakan berikutnya perlu dilakukan pada perawatan
korektif yang dibutuhkan.
5. Setelah ditinjau
kembali oleh bagian pencatatan perawatan preventif, laporan tersebut diarsip
untuk digunakan dalam penyusunan laporan bulanan
Setiap
kerusakan harus dilakukan analisis kerusakan, analisis ini disiapkan
secara bulanan oleh bagian pencatatan perawatan preventif. Laporan kerusakan
adalah sebagai sumber yang mendasari dalam mempersiapkan laporan ini. Salinan
laporan masing-masing diserahkan kepada manajer pabrik, manajer departemen
produksi, manajer teknik dan perawatan, dan satu salinan diberikan kepada Seksi
Teknik Perawatan sebagai laporan bulanan inspeksi perawatan preventif.
Distribusi laporan ini dilakukan sepuluh hari sebelum bulan berikutnya.
3.
Metode Praktis Dalam Membuat Jadawal Perawatan
Sistem
penjadwalan yang baik akan menunjang kelancaran dalam penyelesaian suatu
pekerjaan. Karena itu jadwal harus dibuat oleh orang yang cermat dalam
mempertimbangkan segala sesuatunya yang berkaitan, karena tugasnya adalah
menyiapkan susunan pekerjaan, menetapkan waktu dan saat penyelesaian, membuat
rencana kerja dan sebagainya.
Dalam
hal ini, perlu disusun semua pekerjaan yang akan dilakukan, kecuali pekerjaan
yang terjadi mendadak. Dengan demikian, secara umum tidak ada pekerjaan yang
dilakukan tanpa dibuat rencananya terlebih dahulu. Perencana yang dibuat adalah
mengenai informasi seperti nomor order pekerjaan, pemberian kode, nomor mesin,
lokasi, waktu pelaksanaan dan semua kontrol yang menunjukkan waktu. Untuk perbaikan yang dilakukan
mendadak, foreman harus dapat menentukan dengan cepat tentang apa yang
perlu dikerjakan dan dapat dilakukan selama mesin mengalami kemacetan. Material
yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut sedapat mungkin disiapkan pada lokasi
yang terpisah dari tempat kerja, tetapi memungkinkan persediaannya secara
cepat.
Sebagai
sarana penunjang dalam pekerjaan perawatan perlu juga disediakan chart (bagan)
sebagai peta perencanaan aktivitas yang biasa digunakan untuk jangka panjang.
Chart yang dipakai ini dapat dipasang pada papan jadwal. Daftar pada papan
jadwal secara visual harus mudah diperiksa untuk menyediakan tenaga kerjanya.
Hal ini juga untuk memberitahukan kepada perencana proyek atau pengawas
sehingga dapat memeriksa semua pekerjaan dengan cepat.
Chart Gantt
Banyak
jenis chart yang digunakan di industri, semuanya bertujuan untuk menunjukkan
hubungan dari berbagai fungsi. Chart adalah termasuk suatu alat bantu peraga
yang dapat memberikan informasi melalui proses komunikasi.
Chart
gantt adalah suatu peta perencanaan program kerja dalam bentuk grafik blok yang
pada mulanya diperkenalkan oleh seorang sarjana Amerika, Henry L. Gantt
(1861-1919). Chart ini dibuat dengan bentuk basis empat persegi panjang, semua
aktivitas pekerjaan yang dirancang diurutkan ke bawah secara terpisah di
sebelah kiri garis vertikal. Sedangkan untuk penunjukan waktunya diurutkan
memanjang dari kiri ke kanan secara horisontal. Unit waktu menunjukkan lamanya
program kerja yang direncanakan, dan pada prakteknya biasa ditentukan
berdasarkan waktu harian atau mingguan.
Contoh 1.
Ilustrasi dari penggunaan chart gantt untuk penjadwalan pekerjaan overhaul
pabrik, disusun sebagai berikut:
Semua aktivitas dari program kerja
yang telah disusun dapat dilihat pada gambar 1.
Dari chart pada gambar 1, dapat
diperoleh informasi seperti berikut:
Chart dapat berguna untuk memberi
keterangan, namun dalam pemakaiannya tidak selalu mampu menanggulangi segala
persoalan yang timbul. Dalam chart ini tidak ditunjukkan secara jelas adanya
faktor yang saling ketergantungan dari berbagai aktivitas yang satu dengan
lainnya. Untuk membantu mengatasi keterbatasan tersebut, dapat memungkinkan
diterapkan sistem berangkai guna menghubungkan berbagai aktivitas yang saling
berkaitan.
Pemilihan
program perawatan akan mempengaruhi kelangsungan produktivitas produksi pabrik.
Karena itu perlu dipertimbangkan secara cermat mengenai bentuk perawatan yang
akan digunakan terutama berkaitan dengan kebutuhan produksi, waktu, biaya,
keterandalan tenaga perawatan dan kondisi peralatan yang dikerjakan. Dalam
menentukan strategi perawatan, banyak ditemui kesulitan-kesulitan diantaranya:
-
tenaga kerja yang terampil,
-
ahli teknik yang
berpengalaman,
-
instrumentasi yang cukup
mendukung, dan
-
kerja sama yang baik diantara
bagian perawatan.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan strategi perawatan:
- umur
peralatan/mesin produksi,
- tingkat
kapasitas pemakaian mesin,
- kesiapan
suku cadang,
- kemampuan
bagian perawatan untuk bekerja cepat, dan
- situasi
pasar, kesiapan dana dan lain-lain.
Untuk
menjalankan program produksi dengan gangguan minimum, maka waktu untuk
pekerjaan perawatan perlu direncanakan sebaik mungkin. Waktu pekerjaan
perawatan ditentukan atas kondisi: kapan aktivitas produksi dihentikan karena adanya
kebutuhan perawatan dan kapan pabrik tidak beroperasi karena jadwal waktu atau
jam kerja yang sudah tercapai batas yang ditentukan. Penentuan jam operasi
pabrik tergantung besar kecilnya industri, jenis dan tingkat produksi. Tabel 4.
1 memperlihatkan berbagai sistem penggantian waktu kerja di industri, sehingga
bisa ditentukan waktu yang tersedia untuk melakukan pekerjaan perawatan pada
saat pabrik tidak beroperasi.
Tabel
4.1 Sistem penggantian waktu kerja di industri
Dasar-dasar pokok
yang perlu diperhatikan untuk menunjang dalam pembentukan sistem
perawatan:
- jadwal
kegiatan perawatan untuk semua fasilitas pabrik,
- jadwal
kegiatan perawatan lengkap untuk masing-masing tugas yang harus dilakukan pada
tiap bagian,
- program
yang menunjukkan kapan tiap tugas harus dilakukan,
- metode
yang menjamin program perawatan dapat berhasil, dan
- metode
pencatatan hasil dan penilaian keberhasilan program perawatan.
Faktor-faktor yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan perawatan adalah:
a. Ruang lingkup pekerjaan, untuk tindakan yang tepat, pekerjaan yang
dilakukan perlu diberi petunjuk atau pengarahan yang lengkap dan jelas.
Pengadaan gambar-gambar atau skema dapat membantu dalam melakukan pekerjaan.
b. Lokasi pekerjaan, lokasi pekerjaan yang tepat dimana tugas
dilakukan, merupakan informasi yang mempercepat pelaksanaan pekerjaan.
Penunjukan lokasi akan mudah dengan memberi kode tertentu, misalnya nomor
gedung, nomor departemen dan lain sebagainya.
c. Prioritas pekerjaan, prioritas pekerjaan harus dikontrol sehingga
pekerjaan dilakukan sesuai dengan urutan yang benar. Jika suatu mesin mempunyai
peranan penting, maka perlu memberi mesin tersebut prioritas utama.
d. Metode
yang digunakan, “membeli dan kemudian memasang” sangat
berbeda artinya dengan “membuat kemudian memasang”. Meskipun banyak pekerjaan
bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun akan lebih baik jika penyelesaian
pekerjaan tersebut dilakukan dengan metode yang sesuai dengan keahlian yang
dipunyai.
e. Kebutuhan
material, apabila ruang lingkup dan metode kerja yang digunakan telah
ditentukan, maka biasa diikuti dengan adanya kebutuhan material. Material yang
dibutuhkan ini harus selalu tersedia.
f. Kebutuhan
alat perkakas, sebaiknya alat yang khusus perlu diberi tanda pengenal agar
mudah penyediaannya bila akan digunakan. Kunci momen, dongkrak adalah termasuk
alat-alat khusus yang perlu ditentukan kebutuhannya.
g. Kebutuhan keahlian, keahlian yang dimiliki seorang pekerja akan
memudahkan dia bekerja.
h. Kebutuhan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaan harus ditentukan untuk setiap jenis keahlian. Hal ini
berguna dalam ketetapan pengawasannya.
Penyelesaian aktivitas G tidak ditentukan
selama waktunya tidak melebihi masa penyelesaian proyek, yaitu pada akhir
minggu ke-15. Aktivitas A, B dan C masing-masing berjalan secara langsung
dan berurutan membentuk suatu rangkaian aktivitas yang berkesinambungan dari
saat mulai sampai selesainya tugas proyek. Jadi jadwal yang ketat secara penuh
harus diikuti oleh ketiga aktivitas yang sangat dipentingkan, sehingga tidak
terjadi pemisahan waktu. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya
perpanjangan waktu dalam penyelesaian proyek yang telah ditentukan. Dalam
jaringan kerja ini, A, B dan C dikategorikan sebagai aktivitas yang kritis,
oleh karenanya perlu dibuat jadwal kritisnya. Sedangkan pengaturan jadwal untuk
aktivitas D, E, F dan G dapat dibuat lebih leluasa selama masih dalam batas
waktu luangnya.
Walaupun contoh 1 dan contoh 2 mempunyai
kesamaan aktivitas dan alokasi waktu penyelesaian, namun dengan adanya
perangkaian pada chart (contoh 2) dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam
perencanaan atau pengontrolan proyek. Pelaksanaan perencanaan perawatan
harus berdasarkan sumber daya, misalkan suatu
proses terdiri dari lima unit utama yang saling berhubungan, harus dihentikan
untuk dilakukan perawatan, perbaikan dan modifikasi. Personil yang melakukan
pekerjaan ini ditugaskan dari pusat bagian perawatan, setiap personil hanya
dapat melakukan tugas menurut keahliannya masing-masing. Personil yang terlibat
dalam pekerjaan ini adalah: pekerja mekanik,pekerja
listrik, pekerja instrumen, pekerja las, pekerja insulator
panas, operator pembersihan kimia. Perkiraan alokasi waktu kerja
(dalam hari) dari masing-masing elemen pekerjaan pada tiap unit, dapat dilihat
dalam.
Dalam penyelesaian
pekerjaan, pada tiap akhir periode ditambah satu hari untuk pemeriksaan semua
unit secara serentak. Hal ini dilakukan untuk menjamin penyusunan urutan
pekerjaan pada tiap unit dapat saling menunjang dan setiap tugas (elemen pekerjaan),
sekali dimulai dapat berlangsung terus tanpa terjadi pemisahan, sehingga akan
menghasilkan waktu yang optimum untuk penyelesaian pekerjaan (overhaul)
termasuk dengan melakukan pemeriksaannya, program kerja dapat diterapkan pada
tiap unit, program kerja untuk tiap unit melibatkan seluruh pekerja yang
bersangkutan.
Prinsip dan prosedur yang
sama dapat pula diterapkan untuk sumber-sumber lainnya, misal dalam
pengalokasian peralatan pabrik seperti : kompresor, pesawat angkat, generator
dan lain-lain yang biasa digunakan pada setiap tempat. Prosedur dalam
mengalokasikan seluruh pekerjaan perawatan ini adalah sebagai berikut:
a.
mengkalkulasi
waktu kerja total yang dibutuhkan untuk overhaul pada tiap unit dengan cara
menjumlahkan waktu dari masing-masing elemen pekerjaannya.
-
Unit A : 2 + 2
+ 4 + 3 + 2 = 13 hari kerja
-
Unit B : 2 + 6
+ 4 + 4 = 16 hari kerja
-
Unit C : 2 + 4
+ 5 + 3 = 14 hari kerja
-
Unit D : 3 + 3
+ 3 + 2 = 11 hari kerja
-
Unit E : 1 + 1
+ 3 = 5 hari kerja
b.
mengkalkulasikan
alokasi pekerjaan untuk tiap jenis keahlian.
-
pekerjaan
mekanik 15 hari kerja
-
pekerjaan
listrik 12 hari kerja
-
pekerjaan instrumentasi 13
hari kerja
-
pekerjaan las 9 hari kerja
-
pekerjaan insulator panas 8
hari kerja
-
pembersihan kimia 2 hari
kerja
c. mempertimbangkan kedua hal tersebut di
atas untuk menentukan berapa lama waktu yang akan dibutuhkan, dalam
perencanaan ini, waktu overhaul yang dibutuhkan pada unit B adalah 16 hari
kerja. Jumlah waktu kerja dari unit B ini adalah yang terbanyak, oleh karenanya
diambil sebagai dasar dalam menentukan banyaknya waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan. Seluruh pekerjaan yang telah diselesaikan
perlu dilakukan pemeriksaan untuk menjamin kesiapannya, dan untuk ini
diperlukan waktu 1 hari. Dengan demikian waktu minimum mutlak yang dibutuhkan
untuk penyelesaian seluruh program perawatan tersebut tidak boleh kurang dari
16 hari + 1 hari (untuk pemeriksaan), jadi = 17 hari.
d. merencanakan setiap unit pekerjaan pada
blok chart dengan skala yang tepat dan menganalisis urutan
pekerjaan yang akan dilakukan.
e. menyusun program kerja, sebagai
langkah awal dapat direncanakan bahwa waktu minimum yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan semua pekerjaan adalah 17 hari. Sebenarnya cara ini
dilakukan untuk semua elemen pekerjaan pada unit B yang kritis, dan semua
elemen pekerjaan yang termasuk dalam unit A, C, D dan E harus disesuaikan
susunannya terhadap unit B. Kalau pekerjaan tersebut tidak mungkin
diselesaikan dalam waktu 17 hari, maka jangka waktunya harus ditambah sehingga
mencapai optimum. Gambar 4.5 adalah
ilustrasi suatu program kerja yang lebih memadai dengan jumlah waktu totalnya:
18 hari + 1 hari untuk pemeriksaan = 19 hari. Suatu cara pendekatan dalam
penyusunan program dapat dilakukan dengan mengatur beberapa elemen pekerjaan
sedemikian rupa tanpa merubah jumlah waktu yang telah ditentukan pada program
dasar.
f. Dengan informasi yang
dikutip dari program kerja, maka
jadwal waktu untuk setiap jenis pekerjaan dapat
ditentukan susunannya.
Penerapan jadwal kritis
Jadwal kritis adalah suatu
metode perencanaan kerja yang dapat digunakan dalam mengevaluasi dan
menyelesaikan proyek perawatan. Jadwal kristis dibuat dengan sistem yang
menggunakan diagram hubungan timbal-balik dari berbagai aktivitas yang dapat
membantu dalam penyelesaian pekerjaan. Dengan jadwal kritis ini dapat diketahui
mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dinilai lebih penting, dan pekerjaan mana
yang harus mendapat perhatian khusus. Disamping itu, dengan menerapkan sistem
jadwal kritis dapat ditentukan urutan kejadian yang terkontrol setiap waktu.
Istilah-istilah berikut digunakan dalam menggambar jadwal kritis.
1.
Kejadian: adalah titik
dimana operasi di mulai atau selesai dan digambarkan
dengan lingkaran kecil.
2.
Aktivitas: menggambarkan
kerja aktual yang diselesaikan dan digambarkan dengan sebuah garis yang
menunjukkan waktu/tenaga kerja atau jam-mesin yang dibutuhkan untuk operasi.
Panah pada garis menunjukkan urutan.
3.
Waktu total - t: Lamanya siklus di mana pekerjaan diselesaikan.
4.
Waktu aktivitas-: lamanya
setiap aktivitas atau operasi.
5.
Mulai paling awal (earliest start): tes : waktu minimum dari awal
siklus, sebelum operasi tertentu bisa dimulai (karena saling ketergantungan
dari operasi).
6.
Selesai paling akhir (latest finish) : tlf : adalah waktu dari awal
sampai operasi tertentu mesti diselesaikan agar pekerjaan selesai sesuai
target.
7.
Mulai
paling akhir (latest start) dari operasi tertentu = tlf - t
8.
Selesai
paling cepat (earliest finish) dari operasi
tertentu = tes + t
9.
Kelonggaran
waktu bebas (free float) dari
kejadian tertentu = tlf - tes
10. Jalur kritis : adalah garis aktivitas di keseluruhan
kejadian, dimana tes = tlf. Penyimpangan pada jalur
kritis dapat mempengaruhi penyelesaian pekerjaan dan
keuntungan metode jalur kritis adalah:
a.
memangkas kelebihan tenaga
kerja dan meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja, dengan memanfaatkan
waktu bebas.
b.
pengendalian pekerjaan
ditingkatkan, karena perencana bisa mencatat progres (kemajuan pekerjaan)
dengan memberi warna pada diagram pada setiap langkah, dan menggunakan prosedur
yang telah diperbaiki untuk keadaan yang tak terlihat dan leher botol.
c.
komunikasi lebih baik,
karena diagram memberikan gambaran yang jelas dari pekerjaan.
d.
data yang dikumpulkan pada
pekerjaan yang berulang di masa lampau tersedia untuk dipelajari dan untuk
peningkatan di masa yang akan datang.
e.
Skedul alternatif
(atau siklus) bisa dievaluasi untuk menentukan skedul
yang optimum.
DAFTAR PUSTAKA :
•
Suharto. 1991. Manajemen
Perawatan Mesin. Jakarta : Rineka Cipta.
•
https://mzakymaulana.blogspot.com/2018/07/tugas-3-metode-praktis-membuat-jadwal.html
•
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132304811/pendidikan/2c-handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin.pdf