Pengerjaan logam dalam dunia manufaktur ada beberapa
macam, mulai dari pengerjaan panas, pengerjaan dingin hingga pengerjaan logam
secara mekanis. Pengerjaan mekanis logam biasanya digunakan untuk pengerjaan
lanjutan maupun pengerjaan finishing, sehingga dalam pengerjaan mekanis dikenal
beberapa prinsip pengerjaan, salah satunya adalah pengerjaan perataan permukaan
dengan menggunakan mesin frais atau biasa juga disebut milling machine(Widarto,
2008).
Poses pemesinan frais (mill ing) adalah proses penyayatan
benda kerja menggunakan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar.
Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang mengitari pisau ini bisa
menghasilkan proses pemesinan lebih cepat. Proses kerja pada pengerjaan dengan mesin
frais dimulai dengan mencekam benda kerja, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan
dengan alat potong yang disebut cutter, dan akhirnya benda kerja akan berubah ukuran
maupun bentuknya (Widarto, 2008).
Prinsip Kerja Mesin Frais
Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik
yang diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan
utama tersebut akan diteruskan melalui suatu transmisi untuk menghasilkan gerakan
putar pada spindel mesin frais. Spindel mesin fraismerupakan bagian dari sistem
utama mesin frais yang bertugas untuk memegang dan memutar cutter hingga menghasilkan
putaran atau gerakan pemotongan (Widarto, 2008).
Gerakan pemotongan
pada cutter jika dikenakan pada benda kerja yang telah dicekam maka akan
terjadi gesekan/tabrakan sehingga akan menghasilkan pemotongan pada bagian benda
kerja.Hal ini dapat terjadi karena material penyusun cutter mempunyai kekerasan
diatas kekerasan benda kerja (Widarto, 2008).
Klasifikasi
Jenis Mesin Frais
Mesin frais yang digunakan dalam proses pemesinan ada
tiga jenis,yaitu (Widarto, 2008):
- Column and Knee Milling Machines.
Mesin
jenis column and knee dibuat dalam bentuk mesin frais vertikal dan horizontal.
- Bed Type Milling Machines.
Mesin frais tipe bed (bed
type) memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari pada jenis mesin frais yang
pertama.
- Special Purposes.
Produk pemesinan di industri
pemesinan semakin kompleks, maka mesin frais jenis baru dengan bentuk yang
tidak biasa telah dibuat.
Bagian-bagian Mesin Frais
- Spindle utama
Merupakan bagian yang
terpenting dari mesin milling. Tempat. Untuk mencekam alat potong.
- Meja / table
Merupakan
bagian mesin milling, tempat untuk clamping device atau benda kerja.
- Motor drive
Merupakan bagian mesin yang
berfungsi menggerakkan bagian – bagian mesin yang lain seperti spindle utama, meja
( feeding ) dan pendingin ( cooling ).
- Tranmisi
Merupakan bagian mesin yang
menghubungkan motor penggerak dengan yang digerakkan.
- Knee
Merupakan bagian mesin untuk
menopang / menahan meja mesin. Pada bagian ini terdapat transmisi gerakan
pemakanan ( feeding ).
- Column / tiang
Merupakan
badan dari mesin. Tempat menempelnya bagian – bagian mesin yang lain.
- Base / dasar
Merupakan bagian bawah dari
mesin milling. Bagian yang menopang badan / tiang. Tempat cairan pendingin.
- Control
Merupakan
pengatur dari bagian – bagian mesin yang bergerak.
Kecepatan Potong dan Pemakanan
Keberhasilan
pemotongan dengan mesin frais dipengaruhi oleh kemampuan pemotongan alat potong
dan mesin. Kemampuan pemotongan tersebut menyangkut kecepatan potong dan
pemakanan.
Kecepatan potong
pada mesin frais dapat didefenisikan sebagai panjangnya bram yang terpotong
oleh satu mata potong pisau frais dalam satu menit. Kecepatan potong untuk
tiap-tiap bahan tidak sama. Umumnya makin keras bahan, makin kecil harga
kecepatan potongnya dan juga sebaliknya. Kecepatan potong dalam pengefraisan
ditentukan berdasarkan harga kecepatan potong menurut bahan dan diameter pisau
frais. Jika pisau frais mempunyai diameter 100 mm maka satu putaran penuh
menempuh jarak p x d = 3.14 x 100 = 314 mm. Jarak ini disebut jarak keliling
yang ditempuh oleh mata pisau frais. Bila pisau frais berputar n putaran dalam
satu menit, maka jarak yang ditempuh oleh mata potong pisau frais menjadi p x d
x n. jarak yang ditempuh mata pisau dalam satu menit disebut juga dengan
kecepatan potong (V).
Pemakanan juga
menentukan hasil pengefraisan. Pemakanan maksudnya adalah besarnya pergeseran
benda kerja dalam satu putaran pisau frais. Pemakanan mempengaruhi gerakan bram
terlepas dari benda. Faktor dalamnya pemotongan dan tebalnya bram juga
menentukan proses pemotongan. Besarnya pemakanan di hitung dengan rumus :
Dimana :
F = Besarnya pemakanan per menit
F = Besarnya pemakanan per mata pisau
T = Jumlah mata potong pisau
N = Jumlah
putaran pisau per menit
Kepala Pembagi
Pada mesin frais
selain mengerjakan pekerjaan-pekerjaan pengefraisan rata, menyudut, membelok,
mengalur dan sebagainya, dapat pula mengerjakan benda kerja yang berbidang-bidang
atau bersudut-sudut. Yang dimaksud dengan benda kerja yang berbidang-bidang
adalah benda kerja yang mempunyai beberapa bidang atau bersudut atau beralur
yang beraturan, misalnya:
- Segi banyak beraturan
- Batang beralur
- Roda gigi
- Roda gigi cacing, dsb
Kepala pembagi
ini berfungsi untuk membuat bagian pembagian atau mengerjakan benda kerja yang
berbidang tadi dalam sekali pencekaman. Dalam pelaksanaannya, operasi tersebut diatas
ada 4 cara pembagian yang merupakan tingkatan, yaitu:
- Pembagi langsung (direct indexing)
- Pembagi sederhana (simple indexing)
- Pembagi sudut (angel indexing)
- Pembagi diferensial (differensial indexing)
Keempat cara
tersebut diatas memang merupakan tingkatan-tingkatan cara pengerjaan, artinya
bila dengan cara pertama tidak bisa digunakan, kita gunakan cara kedua dan
seterusnya.
Cara Kerja Kepala Pembagi
Cara kerja
kepala pembagi adalah sebagai berikut: Pada kepala pembagi ini teipasang roda
gigi cacing (worm gear) dan poros cacing (worm shaft). Apabila poros cacing diputar
1 putaran, maka roda gigi cacing akan berputar 1/40 putaran dan ada juga 1/80
putaran.
Untuk mengatur
pembagian-pembagian tersebut, dilengkapi dengan plat pembagi (diving plat).
Untuk memegang benda kerja dan alat-alat bantu lainnya dilengkapi dengan chuck
dan kepala lepas (tail stock).
Untuk membuat
segi banyak beraturan atau membuat roda gigi, dapat
menggunakan
ramus sebagai berikut: n = N
Z
Dimana :
n = putaran poros cacing
N
= karakteristik kepala pembagi
Z = jumlah alur atau gigi yang akan dibuat Plat
pembagi dilengkapi dengan lubang-
lubang pembagi dengan jumlah lubang
masing-masing antara lain :
15,16,17,18,19,20,21,23,24,27,29,31,
33,37,39,41,43,47,49
contoh:
1. Suatu benda
kerja haras dibagi menjadi 8 bagian dengan jarak sama.
Jawab:
n = N
Z
= 40 = 5
8
8 Putaran poros
cacing 5 putaran setiap mengerjakan suatu bidang.
2. Suatu benda
kerja harus dibagi menjadi 6 bagian sama.
Jawab :
n = N = 40 = 6
2/3 Z
6 Putaran poros
cacing 6 2/3 putaran. Untuk tepatnya pembagian tersebut harus menggunakan plat
pembagi yang memiliki lubang, apabila dibagi 3 hasilnya genap. Untuk ini
dipilih pembagi dengan jumlah 21 sehingga putaran poros cacing diputar 6 putaran
ditambah 14 lubang.
Daftar Pustaka :
- Yanuar, Syarief, dan Kusairi. Pengaruh Variasi Kecepatan Potong Dan Kedalaman Pemakanan Terhadap Kekasaran Permukaan Dengan Berbagai Media Pendingin Pada Proses Frais Konvensional. Banjarbaru: Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Vol. 03 No.1 pp 27-33, 2014.
- Herliansyah. Pengembangan CNC Retrofit Milling untuk Meningkatkan Kemampuan Mesin Milling Manual Dalam Pemesinan Bentuk-bentuk Kompleks. Yogyakarta: Jurnal Teknik Mesin, Vol. 29, No.1, Januari 2005.
- Navy A’ang dan Mahendra. Pengaruh Jenis Pahat, Kedalaman Pemakanan, Dan Jenis Cairan Pendingin Terhadap Tingkat Kekasaran Dan Kerataan Permukaan Baja St. 41 Pada Proses Milling Konvensional. Surabaya: Jurnal Teknik Mesin, Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 40 – 48.
- Putut, Dwi, dan Rizki. Perancangan Alat Peraga Mesin Frais Vertikal Dengan Sistem Penggerak Pneumatik. Kediri: Jurnal Teknik Mesin, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar